Jumat, 09 November 2012

Hanya demi secarik kertas

Beberapa bulan lalu, tepatnya sekitar awal bulan April 2012, hanya demi secarik kertas aku rela mengorbankan waktu dan kehilangan perhatianku untuk hal lainnya selama beberapa hari.

Apakah secarik kertas itu penting? Bagiku iya... Kurasa pasti pada mikir bahwa secarik kertas itu adalah ijazah... maaf, salah besar... memang ijazah itu penting, tapi ini adalah sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan ijazah.

Secarik kertas itu berisi penerbangan apa, kemana, hari apa, jam berapa, darimana kemana... ah, mudah untuk ditebak bukan? Tak lain dan tak bukan, itu adalah electronic ticket.

Ya ampun, sebegitu pentingkah electronic ticket sampe2 mengorbankan waktu dan kehilangan perhatian? ckckck...

Sebenarnya karena kronologis untuk mendapatkan tiket itu di tangan yang membuatnya amat sangat berarti bagiku...

Nih aku ceritain kronologisnya...


1. Temanku yang bernama Liesin mengatakan bahwa ada tiket promo ke Korea, karena aku suka banget nonton drama Korea dan sudah memimpikan akan pergi ke Korea, aku tertarik. Sebenarnya aku hampir pergi ke Korea bulan Februari, tapi karena teman yang kuajak pergi tidak bisa, jadi batal.

2. Besokannya si Liesin bilang adiknya Lieing dan juga teman adiknya si Lily sudah beli tiket itu. Dia bilang mau gak pergi? Walaupun Liesin udh pernah pergi ke Korea taon 2000an something, tapi dia pengen pergi lagi, karena waktu pergi pertama kalinya dia sedang sakit dan tidak enjoy the trip.

3. Tentu saja aku mau pergi, tapi syaratnya utk dapetin tiket promo adalah dengan menggunakan kartu kredit tertentu dari suatu bank yang aku tidak punya.

4. Karena pengen banget pergi, akhirnya Liesin dan aku mencari2 teman yang punya kartu kredit tersebut.

5. Denger kabar bahwa kartu kredit tidak bisa sembarangan digunakan karena pemilik kartu kredit haruslah ikut juga dalam trip ini.

6. Akhirnya setelah pencarian cukup panjang dan melelahkan, dapatlah satu orang teman bernama Elis yang memiliki kartu kredit tersebut dan yang paling penting adalah dia belum pernah menginjakkan kaki ke Korea dan ingin ikutan.

7. Setelah diitung2, limit kartu kreditnya kalo digunakan bertiga tidak cukup, jadi harus mengajukan kenaikan limit yang butuh waktu bbrp hari.

8. Setelah mendapatkan kenaikan limit, aku mendata passport semuanya dan baru ketauan kalo passport Elis ini akan habis awal taon 2013. Untuk pergi bulan November, setidak2nya passportnya harus berlaku 8 bulan, berarti harus masih berlaku sampai pertengahan 2013.

9. Putus asa, Elis bilang dia akan perpanjang passportnya dulu.

10. Dengar kabar gembira dari adiknya Liesin bahwa utk beli tiket, tidak perlu nomor passport.

11. Tapi saat itu boss aku lagi mondar mandir di kantor, jadi aku gak bisa masuk ke website penerbangan tersebut untuk beli tiket.

12. Setelah boss pergi, aku dengan cepat memasukkan data kami bertiga utk beli tiket, saat memasukkan nomor kartu kredit dan diminta tunggu sebentar untuk konfirmasi, ternyata pihak bank yang mengeluarkan kartu kredit tersebut berusaha menghubungi sang pemegang kartu kredit dan tidak ada tanggapan, akhirnya pencarian harus diulang lagi.

13. Saat diulang, ternyata di sms nomor konfirmasinya, menurut Elis dia tidak terima sms tersebut, setelah dicek berulang kali, Elis baru ingat kalo nomor telepon yang digunakan untuk kartu kredit tersebut sedang tidak diaktifkan.

14. Setelah mencoba untuk ketiga kalinya, terkejut karena harga naek sekitar USD 100an, akhirnya diputuskan untuk Liesin mencoba dari komputer di kantor Elis.

15. Capek nunggu, ternyata komputer di kantor Elis tidak bisa digunakan untuk ke website penerbangan tersebut.

16. Saat di rumah, aku coba hubungin Liesin, karena aku cek, harga kembali ke harga promo murah tersebut, tapi si Liesin tidak bisa menghubungi Elis.

17. Saat akhirnya Liesin bisa menghubungi Elis, dengan setengah putus asa, aku berusaha utk dapetin tiket promo tersebut dah... voila... berhasil, berhasil... oh yeah......

Panjang kan lika liku pencarian tiket tersebut... haha...


Adegan sedih pada film drama

Setiap adegan sedih di drama Korea yang aku tonton, selalu memberikan kesan tersendiri bagiku. Mungkin karena aku juga termasuk tipe yang melankolis.

Baru2 ini aku sedang menonton film Feast of the gods, dimana cowoknya orang kaya dan ingin melamar cewek idamannya, teman masa kecil, namun ditentang oleh neneknya. Cowok ini adalah anak yatim piatu dan hanya dibesarkan oleh neneknya. Namun karena cinta, sang cowok nekat aja coba ngelamar nih cewek.

Dengan settingan malam di gereja tidak terlalu besar dan remang2, Di hadapan salib Yesus, sang cowok bertanya kepada ceweknya, apakah kau bersedia menjadi istriku? Kalau bersedia, raih tanganku ini kata sang cowok sambil mengulurkan tangannya ke hadapan cewek tersebut.

Si cewek bimbang dan sempat termangu beberapa saat... dengan berat hati sang cewek menolak untuk meraih tangan sang cowok dan berkata bahwa dia tidak sanggup untuk hidup dengan tentangan dari sang nenek, lagipula sebenarnya sang cowok ini sudah dipasangkan dengan cewek lain.

Tak kuasa menahan kepedihan hati, sang cowok dengan tatapan yang sangat terluka memandangi sang cewek.... tak mampu berkata2...

Apakah saat itu aku menangis???

Oh, ternyata tidak...

Kenapa? Apakah adegannya kurang sedih? Atau sang pemain kurang menghayati?

Sebenernya mah sedih, lebih2 kalo aja saat itu moodku lagi sedih, pasti aku sudah berlinang air mata dan gak mempan tuh tissue untuk menahannya... (lebay)

Aku tidak menangis karena saat itu aku nonton film sambil maen games... ALAMAK... hahaha...